Cari Blog Ini

Jumat, 02 Desember 2011

BELIEVE

LIRYC BY: KIM HEECHUL


Uriga mannage doen narul chugboghanun i bamun
hanuren dari pyoigo byoldurun misojijyo
gudeui misoga jiwojiji anhgil bareyo
onjena hengboghan nalduri gyesog doegil bilmyo
Honja jisenun bamun na gudega jakku to olla
gudeyege jonhwarul goro tujongul burinda hedo
sashil naui maumun guronge anirangol
algoinayo da algodo morunche hanun gongayo
Himdun iri idahedo gude mogsoril
jamshirado dudge doendamyon nan da idgo usul su ijyo
Guderul mannal su issodon gon hengunijyo
gyotheman issodo usul su ige mandunikkayo
gudega jo molli issodo chajul su issoyo
neane gudega misorul jidgo issunikka
Oren shigan hurumyon dathul sudo ijyo
guron nalduri ondedo byonhaji anhulkeyo
Yagsogheyo hanurare mengse halkeyo
dalbichare gido halkeyo gudel ulliji anhnundago
Uriga mannage doen narul chugboghanun i bamun
hanuren dari pyoigo byoldurun misojijyo
gudeui misoga jiwojiji anhgil bareyo
onjena hengboghan nalduri gyesog doegil bilmyo
Mon hudnal onjenga jichigo himi dunda hedo
hengboghago arumdawodon chuogul giogheyo
soroui hwawone midumul shimgo hengbogul piwo
maume yolshoeurl noege jonhe jul tenikka
Translate : Believe
This night is blessing the day that we met.
The moon is out in the sky and the stars are smiling.
I wish that your smile won’t be erased as I pray
for these happy days to always continue
On the nights I spend alone I keep thinking about you
Even if I call you and I complain that’s not what
I really meant do. Did you already know and just act like you didn’t?
When there are hard times, if I’d just listen to your voice for a moment,
I could forget everything and laugh it off.
I was so fortunate to able to meet you
because you’d make me smile by just being near
I could find you even if you go far away over there,
because you’re smiling inside of me
It’s possible to fight after a long time but
even if that happens I won’t ever change.
I promise, I swear under the heavens.
I’ll pray beneath the moon to never make you cry.
This night is blessing the day that we met.
The moon is out in the sky and the stars are smiling.
I wish that your smile won’t be erased as I pray
for these happy days to always keep continue
Far into the future if you’re ever worn and tired
think about the happy and beautiful memories
We plant faith in each other’s garden and happiness blooms.
I’ll send you the heart to my heart.

HATE U, LOVE U (MIWO)

Miwohago shiphunde
darun saram gyotheso
hengboghan norul bonun gotdo
jichyoboryosso ijen

amu gotdo morunche
nol boneya hetdon nal
nomudo oren iriraso
nukkim jocha objiman

norul jiuryo essodo bwasso
hajiman issul su obnun irin gol
jebal ne gyothe issojwo

dallajin gosun obso honjain gol
tto darun sarangi ol gorago
na midobwatjiman ijen
sumshwinun god majo himi dulgo

irohge khojyoman gajanha
norul hyanghan ne guriumi jogumsshig
jiwojiji anhun che nama isso

miwohago shiphunde
nal ijun duthan noui dwid mosubman
jikhinun gotdo
jichyoboryosso ijen

haru haru him obshi
sanun nega shirhosso
iron ne mosub bakkuryogo
noryoghajiman andwe

norul jiuryo essodo bwasso
hajiman issul su obnun irin gol
jebal ne gyothe issojwo

dallajin gosun obso honjain gol
tto darun sarangi olgorago
na midobwatjiman ijen
sumshwinun god majo himi dulgo
irohge khojyoman gajanha
norul hyanghan ne guriumi jogumsshig
jiwojiji anhun che
nama isso

miryonobshi boneryo hesso
gyondil su issulgora
misotjiman ajig namun sarang

doug giphoman ganun gol
jigyoun i weroumdo
ijen harurado gyondil su obso
nega jomjom miwojyo

dallajin gosun obso honjain gol
tto darun sarangi ol gorago
na midobwatjiman do isang
sumshwinun god majo himi durokgo

irohge khojyoman gajanha
norul hyanghan ne guriumi jogumsshig
jiwojiji anhun che
nama isso


Translate : Hate U Love U
I want to hate you
But seeing you so happy next to another person
Is exhausting, now
Not knowing anything

The day I had to send you off
Something that should’ve been done a long time ago
Having no feelings about it

I tried to erase you
But it wasn’t something I could have
Please stay by my side
Nothing has changed, I’m by myself
I trusted that another love would come along but now
It’s hard to even breathe
And becomes a bigger problem like this
My loneliness for you, little by little
Doesn’t erase and remains

I want to hate you
But your back form of having forgotten me
I’m tired of protecting you too, now

Day by day,
I didn’t like living so weakly
I try to change the way I am right now
But I can’t

I tried to erase you
But it wasn’t something I could have
Please stay by my side
Nothing has changed, I’m by myself
I trusted that another love would come along but now
It’s hard to even breathe
And becomes a bigger problem like this
My loneliness for you, little by little

I tried to let you go without regret
Trusting I’d be able to stand it,
But the love that’s still left
Just gets deeper
This weary loneliness
Cannot bear it day to day anymore
Slowly you become despicable
Nothing has changed, I’m by myself
I trusted that another love would come along but now
It’s hard to even breathe
And becomes a bigger problem like this
My loneliness for you, little by little

Rabu, 09 November 2011

METODE PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMEN (TGT)

By: Navis
Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan TPS).
Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai IPA terakhir yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.
Dalam Implementasinya secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:
(1) Mengajar (teach)
Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
(2) Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.
(3) Permainan (game tournament)
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing – masing ditempatkan dalam meja – meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
(4) Penghargaan kelompok (team recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan (reward) didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh anggota tersebut.
Sedangkan Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:
1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lbr jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lbr skor permainan.
2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.
6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).
7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah)
10. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT
Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
2. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
3. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
• Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
• Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
• TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
• TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
• Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
• TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

Jumat, 28 Oktober 2011

Permasalahan Pendidikan

A. Tantangan Kecenderungan Global
1. Perubahan struktur pelapisan social sebagai akibat dari perkembangan teknologi.
2. Masalah kesenjangan dalam pendapatan dan pelayanan masyarakat.
3. Kualitas, relevansi dan belum meratanya layanan pendidikan serta kecilnya anggaran penddikan.
4. Proses penentuan masa depan masyarakatnya, landasan kepribadiannya, serta cara hidup (etos keja) yang sesuai dengan landasan ideologinya.
B. Tantangan Kecenderungan nasional
Masalah yang dihadapi saat ini:
1. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.
2. Proses transformasi social.

Hal-hal diatas akan mengakibatkan :
1. Pembekuan prosedur, konsentrasi, spesialisasi, dan bahkan impersonalisasi dalam organisasi dan manajemen.
2. Pengurangan nilai-nilai kemanusiaan.
3. Memacu tumbuhnya sikap-sikap individualisme, egoisme, yang pada akhirnya akan menyebabkan disintegrasi nasional.

C. Jenis-jenis permasalahan pokok pendidikan
Lima krisis pokok dalam dunia pendidikan
1. Kualitas pendidikan
Indicator rendahnya kualitas pendidikan:
a) Mutu guru masih rendah pada semua jenjang pendidikan.
b) Media pengajaran yang belum memadai
c) Tidak meratanya kualitas lulusan yang dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan.
d) Masih kurangnya alokasi dana bagi pendidikan.
2. Relevansi pendidikan (efisiensi eksternal)
Krisis relevansi pendidikan :
a) Kesenjangan antara “supply” system pendidikan dengan “demand “ tenaga yanga dibutuhkan berbagai sector ekonomi (Muchtar Buchori).
b) Ketidaksesuaian isi kurikulum system pendidikan di berbagai jenjang pendidikan dengan perkembangan deferensiasi lapangan pekerjaan di dunia usaha dan perkembangan iptek (Ridwanto Tirtosudarmo).

3. Elitisme
Adalah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah menguntungkan kelompok masyarakat yang kecil atau justru yang dapat ditinjau dari segi ekonomi.

4. Managemen pendidikan
Ketiadaan manager professional yang mampu mengolah SDA dan SDM, dana dan sumber-sumber lain

5. Pemerataan pendidikan
Perencanaan pendidikan di Indonesia belum mengarah kepada kebutuhan tenaga kerja, apalagi mengantisipasi pemenuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dimasa mendatang.
D. Keterkaitan antara jenis Masalah Pendidikan dengan Kebijakan Pendidikan
1. Permasalahan dan kebijakan pendidikan
Repelita I
Ketidak seimbangan yang terjadi dalam dunia pendidikan:
a) Ketidak seimbangan antara jumlah anak usia sekolah dengan jumlah fasilitas yang tersedia.
b) Ketidakseimbangan pendidikan secara horizontal(antara jenis dan bidang pendidikan).
c) Ketidak seimbangan vertical (Perbandingan antara jenjang-jenjang pendidikan).
Masalah-masalah lain dalam bidang pendidikan:
1) Masih banyak buta aksara dan angka.
2) Banyaknya drop out SD dan perguruan tinggi.
3) Rendahnya kualitas hasil pendidikan.
4) Masih kurangnya tenaga pengajar yang berwenang.
5) Kekurangan dalam administrasi pendidikan.
Beberapa kebijakan untuk mengatasi masalah-masalah bidang pendidikan:
1) Program pendidikan secara horizontal lebih diarahkan pada kebutuhan pendidikan dan latihan untuk sector-sektor pembangunan yang di prioritaskan.
2) Secara vertical program pendidikan diarahkan kepada perbaikan keseimbanagn, dengan menitik beratkan kepada tingkat pendidikan menengah.
Repelita II:
Persoalan pendidikan yang dihadapi berkaitan dengan:
1) Pengembangan sisitem pendidikan.
2) Pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan.
3) Perluasan mutu pendidikan pada semua tingkat.
4) Perluasan kesempatan belajar.
5) Pengembanga system penyajian
6) Pendidikan non formal
7) Usaha-usaha lain dalam pembinaan generasi muda.
8) Pengembangan system informasi dan kemampuan pengelolaan yang dapat diandalkan untuk melaksanakan pembaharuan pendidikan.
9) Pengarah penggunaan sumber-sumber pembiayaan yang tersedia
Kebijakan :
Melakukan pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan.
Repelita III
Kebijakan :
Menyediakan fasilitas belajar pada pendidikan dasar dan penampungan lulusan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Repelita IV
Kebijakan:
1) Pendidikan seumur hidup.
2) Pendidikan semesta menyeluruh dan terpadu.
3) Pendidikan yang membina kemajuan adat, budaya dan persatuan.
Repelita V
1) Meningkatkan pembudayaan nialai-nilai pancasila.
2) Meningkatkan mutu pendidikan.
3) Meningakatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
4) Menata kembali pendidikan guru dan tenaga pendidik lainnya.
5) Melaksanakan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan.
6) Penyeragaman mutu pendidikan.
2. Kebijakan pendidikan dan keterkaitannya dengan masalah ketenagakerjaan
Untuk memperbaiki kemampuan dan mutu tenaga kerja yang produktif dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan,serta peningkatan keterampilan yang pelaksanaannya langsung dibawah lingkup Departemen atenaga Kerja yaitu:
1) Program pembinaan dan peningkatan latihan keterampilan.
2) Program pembinaan dan hubungan tenaga kerja.
3) Program pengaturan dan penyebaran tenaga kerja.
3. Kebijakan pendidikan program pembanguna nasional tahun 2000-2004
Tantangan besar bagi dunia pendidikan:
1) Krisis ekonomi, pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai.
2) Era globalisasi, pendidikan dituntut untuk mempersiapkan SDM yang unggul.
3) Otonomi daerah, pendidikan dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian.
Beberapa permasalahan yang masih dihadapi dunia pendidikan:
1) Rendahnya pemerataan pendidikan.
2) Rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan.
3) Lemahnya manajemen pendidikan.
Kebijakan yang diambil berdasarkan GBHN 1999-2004
1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi.
2) Meningkatkan kemampuan akademik dan professional, serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga pendidikan.
3) Melakukan pembaharuan dan pemantapan system pendidikan.
4) Memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan
5) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan.
6) Mengembangkan SDM sedini munkin serta terarah.
7) Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan iptek.

Aliran-aliran Pendidikan

A. ALIRAN KLASIK
1. Aliran empirisme (John Locke)
Pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaan yang berupa bakat tidak berpengaruh.
2. Aliran nativisme (Arthur Schoupenhauer)
Seseorang berkembang berdasarkan apa yang dibawanya sejak lahir (bakat), dan pendidikan yang diberikan tidak akan berpengaruh terhadap perkembangannya.
3. Aliran naturalisme (J.J Rousseau)
Pendidikan hanya memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya, diserahkan kepada alam.
4. Aliran konvergensi (William Stern)
Bakat, pembawaan, dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pemebentukan pribadi seseorang.
B. GERAKAN-GERAKAN BARU DALAM PENDIDIKAN
1. Pembelajaran alam sekitar
Pengajaran dilakukan di luar kelas dalam suasana yang tidak formal, yang bertujuan untuk mebentuk peserta didik agar mendapat kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi dunia kenyataan.
2. Pengajaran pusat perhatian ( Ovide Decroly)
Pengajaran dilakukan berdasarkan apa yang menjadi pusat perhatian peserta didik dengan cara mencari dan menyelidiki lebih dulu naluri anak dalam pertumbuhannya.
3. Sekolah kerja (George Kerschensteiner)
Disekolah dilakukan pelatihan kerja dengan tujuan menyiapkan peserta didik untuk mempunyai kecakapan untuk bekerja untuk menatap masa mendatang.
4. Pengajaran proyek (WH Kilpatrick)
Peserta didik dituntut untuk aktif memecahkan persoalan sehingga watak peserta didik akan terbentuk.

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN TANTANGANNYA DI INDONESIA

Secara geografis Indonesia berada pada silang dunia sehingga merupakan tempat pertukaran budaya karena itu Negara Indonesia sejak tahun 1945 menciptakan sebuah Negara besar yang berbasis multicultural, hal ini tersurat pada motto Bhinneka Tunggal Ika (bebeda-beda tetapi tetap satu). Multicultural muncul dalam masyarakat yang bervariasi. Multicultural cenderung memprioritaskan kepentingan kelompok di dalam praktek demokrasi. Oleh karena itu konsep Negara memerlukan pengembangan multicultural normative yaitu petunjuk tentang berbagai kepentingan yang membimbing pada pengakuan yang lebih tinggi mengenai kebangsaan dan identitas kelompok yang berbeda di dalam masyarakat. Multicultural normative pertama kali diamanatkan dalam UUD 1945. Dan dalam pengembangannya harus didukung dengan pendidikan multicultural. Dalam masyarakat modern pendidikan multicultural sangatlah penting dan merupakan tantangan yang sangat kompleks.
Multicultural di Indonesia
Multicultural di Indonesia bersifat normative yang menyebabkan:
1. Perlunya melakukan penelitian untuk membentuk operasional yang pantas untuk masing-masing kawasan dalam suatu Negara.
2. Konsep multicultural normative menentukan polarisasi dari dua sisi yang tidak tampak bertentangan, yaitu dari sisi Negara kesatuan republic Indonesia dan dari sisi yang lain terdapat keanekaragaman suatu bangsa.
Pendidikan Multikultural Indonesia, Tantangan dan pemecahan masalahnya
Multicultural hanya dapat disikapi melalui pendidikan nasional yang difokuskan pada pengembangan perspektif multicultural. jika tidak keaneka ragam budaya mustahil dapat dilestarikan.
Beberapa tantangan besar dan pemecahan masalah dalam melaksanakan pendidikan multicultural di Indonesia:
No Tantangan besar Pemecahan masalah
1 Agama, suku bangsa dan tradisi Diberikannya pendidikan agama di dalam sekolah yang bertujuan memberikan toleransi kepercayaan anggota masyarakat yang lain yang beda agama.
2 Kepercayaan (trust) Menbuka diri , berkomunikasi dan berpartisipasi dengan orang lain agar tidak muncul kecurigaan dan ketiadaan kepercayaan terhadap orang lain
3 Toleransi Dapat mencapai keyakinan, memberi kepada anggota lain di dalam masyarakat

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan : berbagai lingkungan tempat berlangsungnya tempat pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan social
Tripusat pendidikan/tripusat lembaga pendidikan(lingkungan pendidikan) :
1. Lingkungan pendidikan keluarga
Pendidikan keluarga dapat di pilah menjadi :
a. Pendidikan prenatal
Adalah pendidikan sebelum lahir atau pendidikan dalam kandungan.
b. Pendidikan postnatal
Tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anak :
a) Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak.
b) Motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap anaknya.
c) Tanggunga jawab kekeluargaan.
2. Lingkungan pendidikan sekolah
Sekolah pada hakikatnya sekedar sebagai pelengkap pendidikan yang di berikan oleh orang tuanya.
Dasar tanggunga jawab sekolah akan pendidikan meliputi :
a) Tanggung jawab formal kelembagaan
b) Tanggung jawab keilmuan
c) Tanggung jawab fungsional
3. Lingkungan pendidikan masyarakat
Menurut Soeryono soekanto ada 5 pranata sosial dalam sistem masyarakat :
1) Pranata pendidikan
Pranata pendidikan memiliki peran dalam upaya sosialisasi
2) Pranata ekonomi
Pranata ekonomi berperan mengatur upaya pemenuhan kemakmuran hidup
3) Pranata politik
Berperan menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat.
4) Pranata teknologi
Berperan menciptakan teknik untuk mempermudah kehidupan manusia
5) Pranata moral/ etika
Mengurusi nilai dan tindakan dalam pergaulan di masyarakat
Masing-masing pranata sosial tersebut mempunyai hubungan interdependensi yang kuat. Tapi dalam kenyataannya saat ini terjadi kesenjangan antara sekolah dan masyarakatnya, hal ini terjadi karena berbagai inovasi telah lebih dulu terjadi di dalam masyarakat dari pada di sekolah.
Menurut philip H.Coombs :
1) pendidikan informal
adalah pendidikan yang tidak terprogram dan tidak terstruktur, berlangsung kapanpun dan dimana pun juga.
2) pendidikan formal
pendidikan berprogram, berstruktur dan berlangsung di persekolahan.
3) pendidikan nonformal
pendidikan yang berstruktur, berprogram, dan berlangsung di luar persekolahan.
Jalur pendidikan (UU No. 2 tahun 1989)
1) jalur pendidikan sekolah
2) jalur pendidikan luar sekolah
B. Hubungan sekolah dengan masyarakat
1) Hubungan transaksional
Menurut Sanafiah Faisal, hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat di lihat dari dua segi :
 Sekolah sebagai partner masyarakat dalam melakukan fungsi pendidikan.
Dalam hal ini posisi sekolah dan masyarakat sejajar.
 Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masya rakat.
2) Hubungan transmisi dan transformasi
Hubungan transmisif (pewarisan dan pemeliharaan)
Hubungan transformatif (inovatif atau pembaharuan)